Periode
Kerajaan Pajajaran
Era Keemasan (1482-1570)
Batu Permata dari Masa Lalu
Nun jauh di masa silam, berdiri sebuah kerajaan mahsyur nan legendaris bernama Kerajaan Pajajaran. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang maharaja yang bijaksana bernama Sri Baduga Maharaja. Dalam memori kolektif masyarakat Sunda, Sri Baduga Maharaja dikenal juga sebagai Prabu Siliwangi.
Periode Jaman Kerajaan
Penobatan Sri Baduga Maharaja
Prabu Jayadewata yang juga dikenal sebagai Prabu Siliwangi dinobatkan untuk kedua kalinya di Pakuan (Bogor) sebagai raja yang bergelar Sri Baduga Maharaja Ratu Aji Di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Penobatan yang dilaksanakan pada tahun 1482 ini adalah penobatan yang begitu penting karena Prabu Jayadewata berhasil mempersatukan dua kerajaan, yakni Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.
Semasa kepemimpinannya, Sri Baduga Maharaja berhasil mengukir sejarah yang luar biasa. Puluhan tahun tanpa peperangan, situasi ekonomi-politik yang stabil, pembangunan hutan larang yang dapat menjaga keseimbangan ekologis, pengerasan jalan-jalan untuk mempermudah akses antar wilayah, serta kententraman dan kedamaian yang diidamkan masyarakat Sunda Kuno pada masa itu. Karena prestasinya, kejayaannya, dan kewibawaannya ia dikenang dalam memori kolektif masyarakat Sunda selama berabad-abad lamanya sebagai sosok yang legendaris; Prabu Siliwangi.
Koleksi Oleh
Agus Noor, Gunawan, dan Sobirin
Tahun
2023
Media
Cat Minyak & Akrilik di Kanvas
DIMENSI
500 x 250 cm
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
Bank BJB
Share Artikel :
1. Penobatan Sri Baduga Maharaja
Lukisan oleh Agus Noor, Gunawan, dan Sobirin
Setelah terpecah menjadi dua, akhirnya Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh berhasil bersatu di bawah kepemimpinan Sri Baduga Maharaja pada 1482. Persatuan dua kerajaan ini disebut-sebut sebagai momen berdirinya Kerajaan Pajajaran.
Periode Kerajaan
Penobatan Sri Baduga Maharaja
Prabu Jayadewata yang juga dikenal sebagai Prabu Siliwangi dinobatkan untuk kedua kalinya di Pakuan (Bogor) sebagai raja yang bergelar Sri Baduga Maharaja Ratu Aji Di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Penobatan yang dilaksanakan pada tahun 1482 ini adalah penobatan yang begitu penting karena Prabu Jayadewata berhasil mempersatukan dua kerajaan, yakni Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.
Semasa kepemimpinannya, Sri Baduga Maharaja berhasil mengukir sejarah yang luar biasa. Puluhan tahun tanpa peperangan, situasi ekonomi-politik yang stabil, pembangunan hutan larang yang dapat menjaga keseimbangan ekologis, pengerasan jalan-jalan untuk mempermudah akses antar wilayah, serta kententraman dan kedamaian yang diidamkan masyarakat Sunda Kuno pada masa itu. Karena prestasinya, kejayaannya, dan kewibawaannya ia dikenang dalam memori kolektif masyarakat Sunda selama berabad-abad lamanya sebagai sosok yang legendaris; Prabu Siliwangi.
Koleksi Oleh
Agus Noor, Gunawan, dan Sobirin
Tahun
2023
Media
Cat Minyak & Akrilik di Kanvas
DIMENSI
500 x 250 cm
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
Bank BJB
Share Artikel :
Periode Jaman Kerajaan
Siasat Jalur Rempah
Zaman mulai berubah, perdagangan maritim di Nusantara pada saat itu sekali lagi mencapai zaman keemasannya. Rempah-rempah seakan menjadi permata yang dicari-cari oleh banyak bangsa. Sri Baduga mempersiapkan Kerajaan Pajajaran untuk ikut andil secara langsung dalam pusaran perdagangan maritim. Karena menurutnya, Ia dan leluhurnya ialah “raja petani” yang berfokus pada hasil bumi. Sri Baduga ingin mempersiapkan penerusnya sebagai “raja pedagang” yang juga terlibat langsung dalam perdagangan global.
Kota Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511 setelah peperangan selama 8 hari. Hal ini membuat Portugis berhasil menguasai gerbang perdagangan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, Sri Baduga Maharaja bermusyawarah dengan para rama, patih, mangkubumi, mantri dalam, tumenggung, dan putera mahkotanya—Surawisesa—untuk menawarkan kerjasama perdagangan dengan Portugis. Surawisesa dan rombogannya berangkat ke Malaka tahun 1513 untuk memimpin penawaran kerjasama dagang ini.
Koleksi Oleh
M. Ramdhani
Tahun
2023
Media
Cat Minyak di Kanvas
DIMENSI
190 x 150 cm
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
Bank BJB
Share Artikel :
Periode Jaman Kerajaan
Siasat Jalur Rempah
Zaman mulai berubah, perdagangan maritim di Nusantara pada saat itu sekali lagi mencapai zaman keemasannya. Rempah-rempah seakan menjadi permata yang dicari-cari oleh banyak bangsa. Sri Baduga mempersiapkan Kerajaan Pajajaran untuk ikut andil secara langsung dalam pusaran perdagangan maritim. Karena menurutnya, Ia dan leluhurnya ialah “raja petani” yang berfokus pada hasil bumi. Sri Baduga ingin mempersiapkan penerusnya sebagai “raja pedagang” yang juga terlibat langsung dalam perdagangan global.
Kota Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511 setelah peperangan selama 8 hari. Hal ini membuat Portugis berhasil menguasai gerbang perdagangan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, Sri Baduga Maharaja bermusyawarah dengan para rama, patih, mangkubumi, mantri dalam, tumenggung, dan putera mahkotanya—Surawisesa—untuk menawarkan kerjasama perdagangan dengan Portugis. Surawisesa dan rombogannya berangkat ke Malaka tahun 1513 untuk memimpin penawaran kerjasama dagang ini.
Koleksi Oleh
M. Ramdhani
Tahun
2023
Media
Cat Minyak di Kanvas
DIMENSI
190 x 150 cm
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
Bank BJB
Share Artikel :
Lukisan oleh M. Ramdhani
Periode Jaman Kerajaan
Perjanjian Pajajaran dan Portugal
Setelah proses negosiasi yang panjang, kerjasama dagang ini baru terealisasi 9 tahun setelahnya. Prabu Surawisesa—yang sudah diangkat menjadi Raja Pajajaran—mengukuhkan perjanjian dagang dengan Kerajaan Portugal yang diwakili oleh Gubernur Malaka, yakni Enrique Leme. Ini merupakan perjanjian internasional pertama di Indonesia yang dilaksanakan oleh dua kerajaan, yakni Kerajaan Pajajaran dan Kerajaan Portugis.
Perjanjian ini dikukuhkan di pantai Kalapa dan ditandai dengan pemasangan batu prasasti yang disebut Padrão. Upacara perjanjian kerjasama dagang ini disambut hangat oleh masyarakat Sunda dan diakhiri dengan selametan.
Keputusan yang berani ini tentu mesti disertai dengan strategi yang matang. Karena dengan bekerjasama dengan Kerajaan Portugal, artinya Kerajaan Pajajaran harus siap menghadapi genderang perang dari Kesultanan Demak yang perdagangan maritimnya akan terkena imbas dari perjanjian ini.
Koleksi Oleh
Agus Nur Priadi
Tahun
2023
Media
Cat Minyak di Kanvas
DIMENSI
190 x 150 cm
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
Bank BJB
Share Artikel :
Periode Jaman Kerajaan
Perjanjian Pajajaran dan Portugal
Setelah proses negosiasi yang panjang, kerjasama dagang ini baru terealisasi 9 tahun setelahnya. Prabu Surawisesa—yang sudah diangkat menjadi Raja Pajajaran—mengukuhkan perjanjian dagang dengan Kerajaan Portugal yang diwakili oleh Gubernur Malaka, yakni Enrique Leme. Ini merupakan perjanjian internasional pertama di Indonesia yang dilaksanakan oleh dua kerajaan, yakni Kerajaan Pajajaran dan Kerajaan Portugis.
Perjanjian ini dikukuhkan di pantai Kalapa dan ditandai dengan pemasangan batu prasasti yang disebut Padrão. Upacara perjanjian kerjasama dagang ini disambut hangat oleh masyarakat Sunda dan diakhiri dengan selametan.
Keputusan yang berani ini tentu mesti disertai dengan strategi yang matang. Karena dengan bekerjasama dengan Kerajaan Portugal, artinya Kerajaan Pajajaran harus siap menghadapi genderang perang dari Kesultanan Demak yang perdagangan maritimnya akan terkena imbas dari perjanjian ini.
Koleksi Oleh
Agus Nur Priadi
Tahun
2023
Media
Cat Minyak di Kanvas
DIMENSI
190 x 150 cm
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
Bank BJB
Share Artikel :
Lukisan oleh Agus Nur Priadi
Periode Jaman Kerajaan
Prasasti Padrao
Prasasti ini adalah batu peringatan yang menandai kerjasama dagang antara Kerajaan Pajajaran dan Kerajaan Portugis. Dalam bahasa Portugis Padrão berarti batu atau monumen peringatan. Prasasti Padrão ini sering dijumpai di negara-negara jajahan atau taklukan Portugal, namun prasasti Padrão yang berada di Sunda Kelapa ini berbeda dengan Padrão pada umumnya.
Prasasti Padrão ini dibuat dari bahan Batu Andesit yang umum digunakan sebagai prasasti-prasasti di Nusantara. Terlebih prasasti ini tidak bisa diartikan sebagai simbol penjajahan/penaklukan seperti Padrão di tempat lain, karena Pajajaran dan Portugal ialah dua kerajaan yang setara yang sedang melakukan perjanjian perdagangan.
Koleksi Oleh
Yana W Sucipti
Tahun
2023
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
Ibu Rena Da Frina
Share Artikel :
Periode Jaman Kerajaan
Prasasti Padrao
Prasasti ini adalah batu peringatan yang menandai kerjasama dagang antara Kerajaan Pajajaran dan Kerajaan Portugis. Dalam bahasa Portugis Padrão berarti batu atau monumen peringatan. Prasasti Padrão ini sering dijumpai di negara-negara jajahan atau taklukan Portugal, namun prasasti Padrão yang berada di Sunda Kelapa ini berbeda dengan Padrão pada umumnya.
Prasasti Padrão ini dibuat dari bahan Batu Andesit yang umum digunakan sebagai prasasti-prasasti di Nusantara. Terlebih prasasti ini tidak bisa diartikan sebagai simbol penjajahan/penaklukan seperti Padrão di tempat lain, karena Pajajaran dan Portugal ialah dua kerajaan yang setara yang sedang melakukan perjanjian perdagangan.
Koleksi Oleh
Yana W Sucipti
Tahun
2023
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
Ibu Rena Da Frina
Share Artikel :
Replika oleh Yana W Sucipti
Periode Jaman Kerajaan
Prasasti Batutulis Bogor
Prasasti Batutulis Bogor adalah sebuah tanda peringatan yang dibuat pada masa Prabu Surawisesa (1533 M) untuk mengabadikan sosok ayahandanya yang luar biasa, Sri Baduga Maharaja. Prestasi, gelar, hingga mahakarya Sri Baduga diabadikan dengan agung di prasasti ini.
Namun, di balik itu semua terbesit permintaan maaf yang mendalam dari Prabu Surawisesa kepada ayahandanya karena ia tidak dapat mempertahakan Kerajaan Pajajaran secara utuh. Dua kota pelabuhan penting direbut, 14 perang telah meletus, hingga pertempuran dengan Kerajaan Demak tidak bisa dihindari. Walaupun Prabu Surawisesa dipuji dalam Naskah Carita Parahyangan karena telah memenangkan 15 perang selama 14 tahun dengan gagah berani, namun ia tetap merasa kalah karena yang ia perangi adalah saudara dan rakyatnya sendiri.
Prasasti Batutulis Bogor mengabadikan penyesalan dan permintaan maaf seorang pemimpin besar yang belum bisa mempertahankan kerajaannya secara utuh.
Koleksi Oleh
Yana W Sucipti
Tahun
2023
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
Bank BJB
Share Artikel :
Periode Jaman Kerajaan
Prasasti Batutulis Bogor
Prasasti Batutulis Bogor adalah sebuah tanda peringatan yang dibuat pada masa Prabu Surawisesa (1533 M) untuk mengabadikan sosok ayahandanya yang luar biasa, Sri Baduga Maharaja. Prestasi, gelar, hingga mahakarya Sri Baduga diabadikan dengan agung di prasasti ini.
Namun, di balik itu semua terbesit permintaan maaf yang mendalam dari Prabu Surawisesa kepada ayahandanya karena ia tidak dapat mempertahakan Kerajaan Pajajaran secara utuh. Dua kota pelabuhan penting direbut, 14 perang telah meletus, hingga pertempuran dengan Kerajaan Demak tidak bisa dihindari. Walaupun Prabu Surawisesa dipuji dalam Naskah Carita Parahyangan karena telah memenangkan 15 perang selama 14 tahun dengan gagah berani, namun ia tetap merasa kalah karena yang ia perangi adalah saudara dan rakyatnya sendiri.
Prasasti Batutulis Bogor mengabadikan penyesalan dan permintaan maaf seorang pemimpin besar yang belum bisa mempertahankan kerajaannya secara utuh.
Koleksi Oleh
Yana W Sucipti
Tahun
2023
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
Bank BJB
Share Artikel :
Replika oleh Yana W Sucipti
Periode Jaman Kerajaan
Perang Surawisesa Bersama Balamati
Setelah Kalapa dan Banten direbut oleh pasukan gabungan Demak-Cirebon, Kerajaan Pajajaran harus menghadapi api peperangan yang kian hari kian membesar. Kerajaan Demak semakin menggempur pertahanan Pajajaran dari utara. Prabu Surawisesa bersama dengan pasukan elitnya yang disebut Balamati akhirnya harus menghadapi letupan peperangan yang berlarut-larut itu.
Peperangan meletus di Ancol Kiyi, Kalapa, Tanjung, Banten Girang, Simpang, Gunungbatu, Saungagung, Rumbut, Gunung, Gunung Banjar, Panggoakan, Muntur, Hanum, Pagerwesi, dan Medangkahiangan. Walaupun tidak semua peperangan dimenanginya, namun Prabu Surawisesa dan Pasukan Balamati dengan gagah perkasa terus berjuang untuk melindungi Tanah Pasundan. Dalam Carita Parahyangan Prabu Surawisesa dipuji karena dengan gagah berani menjadi panglima perang yang memimpin secara langsung 15 pertempuran selama 14 tahun pemerintahannya.
Koleksi Oleh
Faisal
Tahun
2023
Media
Cat Minyak di Kanvas
DIMENSI
190 x 150 cm
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
Bank BJB
Share Artikel :
Periode Jaman Kerajaan
Perang Surawisesa Bersama Balamati
Setelah Kalapa dan Banten direbut oleh pasukan gabungan Demak-Cirebon, Kerajaan Pajajaran harus menghadapi api peperangan yang kian hari kian membesar. Kerajaan Demak semakin menggempur pertahanan Pajajaran dari utara. Prabu Surawisesa bersama dengan pasukan elitnya yang disebut Balamati akhirnya harus menghadapi letupan peperangan yang berlarut-larut itu.
Peperangan meletus di Ancol Kiyi, Kalapa, Tanjung, Banten Girang, Simpang, Gunungbatu, Saungagung, Rumbut, Gunung, Gunung Banjar, Panggoakan, Muntur, Hanum, Pagerwesi, dan Medangkahiangan. Walaupun tidak semua peperangan dimenanginya, namun Prabu Surawisesa dan Pasukan Balamati dengan gagah perkasa terus berjuang untuk melindungi Tanah Pasundan. Dalam Carita Parahyangan Prabu Surawisesa dipuji karena dengan gagah berani menjadi panglima perang yang memimpin secara langsung 15 pertempuran selama 14 tahun pemerintahannya.
Koleksi Oleh
Faisal
Tahun
2023
Media
Cat Minyak di Kanvas
DIMENSI
190 x 150 cm
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
Bank BJB
Share Artikel :
Lukisan oleh Faisal
Periode Jaman Kerajaan
Runtuhnya Kerajaan Pajajaran
Kerajaan Pajajaran sudah tidak bisa lagi menunda keruntuhannya. Raja-raja Pajajaran setelah Prabu Surawisesa mengabadikan nama mereka sebagai contoh pemimpin yang kurang bijaksana. Dalam Naskah Carita Parahyangan, raja-raja terakhir Kerajaan Pajajaran menjadi salah satu penyebab mundurnya Kerajaan Pajajaran. Pengaruh Banten-Cirebon di wilayah Pajajaran semakin kuat, rakyat mulai kehilangan rasa percaya kepada raja-raja Pajajaran karena sebagian dari mereka lalim dan tiran.
Kemunduran ini mencapai puncaknya pada masa kepemimpinan Prabu Raga Mulya, raja terakhir Kerajaan Pajajaran yang harus menanggung semua kesalahan para pendahulunya. Hingga akhirnya Kota Pakuan harus menerima akibat dari penyerangan Banten yang bertubi-tubi. Api yang dahsyat meletup-letup membumi-hanguskan kota ini selama beberapa malam. Namun, Prabu Raga Mulya sudah mengungsikan keluarga keraton dan rakyatnya ke selatan. Inilah babak akhir kerajaan mahsyur di Tatar Sunda—yang kemegahannya lenyap tanpa sisa di bawah amukan api yang berkobar.
Koleksi Oleh
Sobirin
Tahun
2023
Media
Cat Minyak di Kanvas
DIMENSI
190 x 150 cm
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
Bank BJB
Share Artikel :
Periode Jaman Kerajaan
Runtuhnya Kerajaan Pajajaran
Kerajaan Pajajaran sudah tidak bisa lagi menunda keruntuhannya. Raja-raja Pajajaran setelah Prabu Surawisesa mengabadikan nama mereka sebagai contoh pemimpin yang kurang bijaksana. Dalam Naskah Carita Parahyangan, raja-raja terakhir Kerajaan Pajajaran menjadi salah satu penyebab mundurnya Kerajaan Pajajaran. Pengaruh Banten-Cirebon di wilayah Pajajaran semakin kuat, rakyat mulai kehilangan rasa percaya kepada raja-raja Pajajaran karena sebagian dari mereka lalim dan tiran.
Kemunduran ini mencapai puncaknya pada masa kepemimpinan Prabu Raga Mulya, raja terakhir Kerajaan Pajajaran yang harus menanggung semua kesalahan para pendahulunya. Hingga akhirnya Kota Pakuan harus menerima akibat dari penyerangan Banten yang bertubi-tubi. Api yang dahsyat meletup-letup membumi-hanguskan kota ini selama beberapa malam. Namun, Prabu Raga Mulya sudah mengungsikan keluarga keraton dan rakyatnya ke selatan. Inilah babak akhir kerajaan mahsyur di Tatar Sunda—yang kemegahannya lenyap tanpa sisa di bawah amukan api yang berkobar.
Koleksi Oleh
Sobirin
Tahun
2023
Media
Cat Minyak di Kanvas
DIMENSI
190 x 150 cm
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
Bank BJB
Share Artikel :
Lukisan oleh Sobirin
Periode Jaman Kerajaan
Naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian
Naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian ditulis pada tahun 1518 yang berisi tentang pedoman moral kehidupan di dunia dan negara. Naskah ini ditulis oleh para resi/pendeta Kerajaan Pajajaran dan ditunjukkan bagi rakyat Pajajaran agar menjalankan tugasnya dengan baik, sekaligus agar dapat hidup dengan bahagia.
Di dalam naskah ini tersurat tentang sepuluh kesejahteraan (dasa kerta), sepuluh pengabdian (dasa prebakti), lima alat indera (panca indriya), lima tulisan (panca aksara), larangan dan anjuran kehidupan, motif ukiran, senjata, motif kain, mantra, permainan, petanda alam, sandi, bahasa, etika hingga prinsip politik Tri Tangtu di Buana (trias politica ala Sunda Kuno).
Koleksi Oleh
Ilham Nurwansyah
Tahun
2023
Share Artikel :
Periode Jaman Kerajaan
Naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian
Naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian ditulis pada tahun 1518 yang berisi tentang pedoman moral kehidupan di dunia dan negara. Naskah ini ditulis oleh para resi/pendeta Kerajaan Pajajaran dan ditunjukkan bagi rakyat Pajajaran agar menjalankan tugasnya dengan baik, sekaligus agar dapat hidup dengan bahagia.
Di dalam naskah ini tersurat tentang sepuluh kesejahteraan (dasa kerta), sepuluh pengabdian (dasa prebakti), lima alat indera (panca indriya), lima tulisan (panca aksara), larangan dan anjuran kehidupan, motif ukiran, senjata, motif kain, mantra, permainan, petanda alam, sandi, bahasa, etika hingga prinsip politik Tri Tangtu di Buana (trias politica ala Sunda Kuno).
Koleksi Oleh
Ilham Nurwansyah
Tahun
2023
Share Artikel :
Ajaran Kebijaksanaan Sunda Kuno
Periode Jaman Kerajaan
Naskah Carita Parahyangan
Naskah Carita Parahyangan ditulis pada tahun 1670, setahun setelah Kerajaan Pajajaran runtuh. Naskah ini berisi tentang sejarah kepemimpinan Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Dalam naskah ini dipertegas bahwa ada raja-raja yang berhasil memimpin kerajaannya sebab mereka mengamalkan dengan baik ajaran leluhur, yakni ajaran Sanghyang Siksa Kandang Karesian dan ajaran Amanat Galunggung.
Naskah ini pula berisi sejarah tentang proses runtuhnya Kerajaan Pajajaran. Naskah Carita Parahyangan menjelaskan bahwa raja-raja akhir Pajajaran tidak mengamalkan ajaran leluhur dengan baik, sehingga keruntuhan itu semakin dekat. Carita Parahyangan pun berisi tentang pelajaran kepemimpinan praktis yang dapat direfleksikan ke kehidupan sehari-hari.
Koleksi Oleh
Ilham Nurwansyah
Tahun
2023
Share Artikel :
Periode Jaman Kerajaan
Naskah Carita Parahyangan
Naskah Carita Parahyangan ditulis pada tahun 1670, setahun setelah Kerajaan Pajajaran runtuh. Naskah ini berisi tentang sejarah kepemimpinan Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Dalam naskah ini dipertegas bahwa ada raja-raja yang berhasil memimpin kerajaannya sebab mereka mengamalkan dengan baik ajaran leluhur, yakni ajaran Sanghyang Siksa Kandang Karesian dan ajaran Amanat Galunggung.
Naskah ini pula berisi sejarah tentang proses runtuhnya Kerajaan Pajajaran. Naskah Carita Parahyangan menjelaskan bahwa raja-raja akhir Pajajaran tidak mengamalkan ajaran leluhur dengan baik, sehingga keruntuhan itu semakin dekat. Carita Parahyangan pun berisi tentang pelajaran kepemimpinan praktis yang dapat direfleksikan ke kehidupan sehari-hari.
Koleksi Oleh
Ilham Nurwansyah
Tahun
2023
Share Artikel :
Epos Tatar Sunda Soal Kepemimpinan Masa Lalu
Periode Jaman Kerajaan
Tombak Kerajaan Pajajaran
Pusaka Prabu Pajajaran ialah tombak bersula tiga yang menyimbolkan filosofi Sunda Tritangu di Buana. Tritangtu di Buana berarti tiga entitas pemimpin yang memerintah di Pajajaran, yakni Raja, Rama dan Resi. Tritangtu di Buana ini adalah sebuah konsep trias politica ala Sunda Kuno yang sudah digunakan selama ratusan bahkan ribuan tahun di Tatar Sunda. Tombak trisula pusaka digunakan sebagai simbol dan identitas kepemimpinan Kerajaan Sunda.
Koleksi Oleh
Ilham Nurwansyah
Tahun
2023
REPLIKA INI DIDUKUNG OLEH
Swiss Bell Hotel & Bank BJB
Share Artikel :
Periode Jaman Kerajaan
Tombak Kerajaan Pajajaran
Pusaka Prabu Pajajaran ialah tombak bersula tiga yang menyimbolkan filosofi Sunda Tritangu di Buana. Tritangtu di Buana berarti tiga entitas pemimpin yang memerintah di Pajajaran, yakni Raja, Rama dan Resi. Tritangtu di Buana ini adalah sebuah konsep trias politica ala Sunda Kuno yang sudah digunakan selama ratusan bahkan ribuan tahun di Tatar Sunda. Tombak trisula pusaka digunakan sebagai simbol dan identitas kepemimpinan Kerajaan Sunda.
Koleksi Oleh
Ilham Nurwansyah
Tahun
2023
REPLIKA INI DIDUKUNG OLEH
Swiss Bell Hotel & Bank BJB
Share Artikel :
Replika oleh Ilham Nurwansyah
Periode Jaman Kerajaan
Pasukan Keraton Pajajaran
Kerajaan Pajajaran memiliki satuan khusus berisi para pasukan yang siap menjaga keamanan dan ketertiban komplek keraton Kerajaan Pajajaran. Pasukan ini juga siap bertempur bilamana ada serangan dari luar keraton seperti yang terjadi di masa akhir Kerajaan Pajajaran.
Dalam komplek keraton Kerajaan Pajajaran terdapat lima keraton yang berjajar, yakni Sri Bima, Punta, Narayana, Madura, dan Suradipati. Prajurit gagah ini menjaga Keraton Suradipati, yakni keraton tempat di mana Sang Prabu Pajajaran memerintah negerinya.
Koleksi Oleh
Ferry Priandany
Tahun
2023
REPLIKA INI DIDUKUNG OLEH
Bank BJB
Share Artikel :
Periode Jaman Kerajaan
Pasukan Keraton Pajajaran
Kerajaan Pajajaran memiliki satuan khusus berisi para pasukan yang siap menjaga keamanan dan ketertiban komplek keraton Kerajaan Pajajaran. Pasukan ini juga siap bertempur bilamana ada serangan dari luar keraton seperti yang terjadi di masa akhir Kerajaan Pajajaran.
Dalam komplek keraton Kerajaan Pajajaran terdapat lima keraton yang berjajar, yakni Sri Bima, Punta, Narayana, Madura, dan Suradipati. Prajurit gagah ini menjaga Keraton Suradipati, yakni keraton tempat di mana Sang Prabu Pajajaran memerintah negerinya.