Periode
Revolusi & Orde Lama
Era Kebangkitan Bangsa (1945-1966)
Titik Balik Kebangkitan Nasional
Perjuangan yang gigih dan berdarah-darah telah menghantarkan Bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan. Para bumi putra mulai mengibarkan bendera merah-putih sebagai simbol kedaulatan. Namun, perjuangan belum selesai dan sebaiknya tidak boleh selesai.
Periode Revolusi & Orde Lama
Poster Propaganda Revolusi
Pada masa pra-kemerdekaan hingga pasca-kemerdekaan, banyak poster-poster propaganda yang bertebaran di kota-kota besar di Indonesia. Salah satunya adalah poster “Awas Mata-Mata Moesoeh” yang didesain oleh Takeshi Kono pada tahun 1942. Awas Mata-Mata Moesoeh merupakan salah satu poster iconic yang dibuat jepang pada masa kolonial Jepang, dengan ikon mata biru yang khas, sebagai sebuah peringatan dari pemerintah kolonial Jepang agar rakyat Indonesia berhati-hati karena bisa saja ada mata-mata musuh eropa di antara mereka.
Poster yang tidak kalah ikoniknya adalah poster “Boeng Ajo Boeng”. Ide visual dari poster ini merupakan ide dari Bung Karno. Ia meminta salah seorang pelukis ternama pada zamannya—Affandi—untuk membuat ilustrasi rakyat Indonesia yang sedang melepas rantai di tangannya sebagai simbol kemerdekaan dari penindasan. Model dari posternya adalah Dullah, yang juga merupakan kawan Affandi. Pada saat mereka kebingungan terkait pesan atau tulisan apa yang harus dimuat ke dalam poster, maka datanglah Chairil Anwar yang menyeru dengan ringan “Boeng Ajo Boeng”. Maka jadilah poster propaganda Indonesia paling fenomenal dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Poster ini diperbanyak oleh para pelukis-pelukis siang dan malam untuk menyebarkannya ke daerah-daerah.
Koleksi Oleh
Lokamantra Studio & Wiradi Project
Tahun
2023
MEDIA
Mix Media
POSTER INI DIDUKUNG OLEH
PT Adi Sanggoro (Asnet Indonesia)
Share Artikel :
Periode Revolusi & Orde Lama
Poster Propaganda Revolusi
Pada masa pra-kemerdekaan hingga pasca-kemerdekaan, banyak poster-poster propaganda yang bertebaran di kota-kota besar di Indonesia. Salah satunya adalah poster “Awas Mata-Mata Moesoeh” yang didesain oleh Takeshi Kono pada tahun 1942. Awas Mata-Mata Moesoeh merupakan salah satu poster iconic yang dibuat jepang pada masa kolonial Jepang, dengan ikon mata biru yang khas, sebagai sebuah peringatan dari pemerintah kolonial Jepang agar rakyat Indonesia berhati-hati karena bisa saja ada mata-mata musuh eropa di antara mereka.
Poster yang tidak kalah ikoniknya adalah poster “Boeng Ajo Boeng”. Ide visual dari poster ini merupakan ide dari Bung Karno. Ia meminta salah seorang pelukis ternama pada zamannya—Affandi—untuk membuat ilustrasi rakyat Indonesia yang sedang melepas rantai di tangannya sebagai simbol kemerdekaan dari penindasan. Model dari posternya adalah Dullah, yang juga merupakan kawan Affandi. Pada saat mereka kebingungan terkait pesan atau tulisan apa yang harus dimuat ke dalam poster, maka datanglah Chairil Anwar yang menyeru dengan ringan “Boeng Ajo Boeng”. Maka jadilah poster propaganda Indonesia paling fenomenal dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Poster ini diperbanyak oleh para pelukis-pelukis siang dan malam untuk menyebarkannya ke daerah-daerah.
Koleksi Oleh
Lokamantra Studio & Wiradi Project
Tahun
2023
MEDIA
Mix Media
POSTER INI DIDUKUNG OLEH
PT Adi Sanggoro (Asnet Indonesia)
Share Artikel :
Poster oleh Lokamantra Studio & Wiradi Project
Periode Revolusi & Orde Lama
Merdeka Karena Radio
Pemerintah Kolonial Jepang terus menggalang dukungan dari rakyat Indonesia untuk memenangkan Perang Pasifik. Himpunan Kebaktian Rakyat (Jawa Hokokai), Benteng Pertahanan Jawa (Jawa Sentotai) hingga Perkumpulan Kaum Wanita (Fujinkai) dibentuk oleh Pemerintah Kolonial Jepang untuk menguras seluruh sumber daya dan tenaga rakyat Indonesia untuk kemenangan Jepang.
Untuk memperkuat memperkuat Jawa Sentotai dan Fujinkai di Bogor, Pemerintah Jepang mengungang tokoh dari Bangsa Indonesia untuk berpidato dihadapan 20.000 masyarakat Bogor—yakni Soekarno. Dalam pidatonya di Lapangan Sempur tanggal 8 Juli 1944, Soekarno menegaskan bahwa Bangsa Indonesia harus membantu Jepang memenangkan peperangan demi kejayaan Asia dan demi merdekanya Bangsa Indonesia. Langkah ini merupakan siasat dari Soekarno dalam mempersatukan masyarakat guna mempersiapkan kemerdekaan.
Koleksi Oleh
Lokamantra Studio & Wiradi Project
Tahun
2023
MEDIA
Nederlandsche Seintoestellen Fabriek Radio (1943)
Replika INI DIDUKUNG OLEH
PT Adi Sanggoro (Asnet Indonesia)
Share Artikel :
Periode Revolusi & Orde Lama
Merdeka Karena Radio
Pemerintah Kolonial Jepang terus menggalang dukungan dari rakyat Indonesia untuk memenangkan Perang Pasifik. Himpunan Kebaktian Rakyat (Jawa Hokokai), Benteng Pertahanan Jawa (Jawa Sentotai) hingga Perkumpulan Kaum Wanita (Fujinkai) dibentuk oleh Pemerintah Kolonial Jepang untuk menguras seluruh sumber daya dan tenaga rakyat Indonesia untuk kemenangan Jepang.
Untuk memperkuat memperkuat Jawa Sentotai dan Fujinkai di Bogor, Pemerintah Jepang mengungang tokoh dari Bangsa Indonesia untuk berpidato dihadapan 20.000 masyarakat Bogor—yakni Soekarno. Dalam pidatonya di Lapangan Sempur tanggal 8 Juli 1944, Soekarno menegaskan bahwa Bangsa Indonesia harus membantu Jepang memenangkan peperangan demi kejayaan Asia dan demi merdekanya Bangsa Indonesia. Langkah ini merupakan siasat dari Soekarno dalam mempersatukan masyarakat guna mempersiapkan kemerdekaan.
Koleksi Oleh
Lokamantra Studio & Wiradi Project
Tahun
2023
MEDIA
Nederlandsche Seintoestellen Fabriek Radio (1943)
Replika INI DIDUKUNG OLEH
PT Adi Sanggoro (Asnet Indonesia)
Share Artikel :
Koleksi oleh Lokamantra Studio & Wiradi Project
Periode Revolusi & Orde Lama
Penolakan Pemuda Bogor Atas Segala Bentuk Penjajahan
Gemuruh proklamasi kemerdekaan sudah tersiar lewat radio-radio. Gaungan ini semakin membuat para pejuang berapi-api untuk mengusir sisa-sisa penjajahan di Bumi Pertiwi. Karesidenan Bogor langsung mengibarkan bendera merah putih di siang hari tanggal 17 agustus 1945. Walaupun sudah diproklamirkan merdeka, Indonesia tidak sepenuhnya lepas dari cengkraman kolonial Jepang. Bendera yang dikibarkan di Karesidenan Bogor diturunkan secara paksa oleh Pasukan Jepang di sore harinya.
Pada 19 Agustus 1945, dua hari setelah proklamasi, seorang pemuda bernama R. Muhammad Sirodz dan para pejuang muda lainnya bergeriliya untuk mengibarkan kembali bendera merah putih di gedung Karesidenan Bogor. Persenjataan mereka hanya nyali yang tak gentar dan keberanian yang tak pudar. Pergerakan ini adalah simbol penolakan atas segala bentuk penjajahan di Tanah Air. R. Muhammad Sirodz juga memimpin perebutan gedung-gedung milik Jepang di Kota Bogor selama periode revolusi pasca-proklamasi.
Koleksi Oleh
Duki Noermala
Tahun
2023
MEDIA
Cat Minyak & Akrilik di Kanvas
Dimensi
150 x 190 cm
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
Bank BJB
Share Artikel :
Periode Revolusi & Orde Lama
Penolakan Pemuda Bogor Atas Segala Bentuk Penjajahan
Gemuruh proklamasi kemerdekaan sudah tersiar lewat radio-radio. Gaungan ini semakin membuat para pejuang berapi-api untuk mengusir sisa-sisa penjajahan di Bumi Pertiwi. Karesidenan Bogor langsung mengibarkan bendera merah putih di siang hari tanggal 17 agustus 1945. Walaupun sudah diproklamirkan merdeka, Indonesia tidak sepenuhnya lepas dari cengkraman kolonial Jepang. Bendera yang dikibarkan di Karesidenan Bogor diturunkan secara paksa oleh Pasukan Jepang di sore harinya.
Pada 19 Agustus 1945, dua hari setelah proklamasi, seorang pemuda bernama R. Muhammad Sirodz dan para pejuang muda lainnya bergeriliya untuk mengibarkan kembali bendera merah putih di gedung Karesidenan Bogor. Persenjataan mereka hanya nyali yang tak gentar dan keberanian yang tak pudar. Pergerakan ini adalah simbol penolakan atas segala bentuk penjajahan di Tanah Air. R. Muhammad Sirodz juga memimpin perebutan gedung-gedung milik Jepang di Kota Bogor selama periode revolusi pasca-proklamasi.
Koleksi Oleh
Duki Noermala
Tahun
2023
MEDIA
Cat Minyak & Akrilik di Kanvas
Dimensi
150 x 190 cm
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
Bank BJB
Share Artikel :
Lukisan oleh Duki Noermala
Periode Revolusi & Orde Lama
Gugurnya Kapten Muslihat
Tubagus Muslihat adalah seorang pejuang Bogor yang pernah bergabung dengan Pasukan Pembela Tanah Air (PETA). Setelah diploklamirkannya kemerdekaan, ia menjadi seorang Kapten di Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Di akhir tahun 1945, pasukan Inggris yang dipimpin oleh Gurkha Rifles mencoba merebut Kota Bogor kembali. Namun Kapten Muslihat dan para pejuang lainnya berusaha untuk memukul mundur tentara Inggris tersebut.
Bentrok pun terjadi di sekitar daerah yang kini disebut Alun-Alun Kota Bogor dan Jembatan Merah. Tentara Inggris berhasil dipukul mundur, namun dua peluru musuh berhasil mengenai perut Kapten Muslihat. Adik sang kapten segera menggendong kakaknya keluar dari medan pertempuran dan membawanya kepada seorang dokter yang juga kerabat Kapten Muslihat bernama Dr. Marzuki Mahdi. Namun, nyawa Kapten Muslihat tidak bisa diselamatkan. Kapten Muslihat gugur sebagai pahlawan. Sebagai bentuk penghormatan, Pemerintah Kota Bogor mengabadikan nama Kapten Muslihat sebagai nama jalan. Pada tahun 2022, Pemkot Bogor juga mendirikan Patung Kapten Muslihat di simpang Jl. Kapten Muslihat.
Koleksi Oleh
Muhammad Arif
Tahun
2023
MEDIA
Cat Minyak di Kanvas
Dimensi
150 x 190 cm
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
Bank BJB
Share Artikel :
Periode Revolusi & Orde Lama
Gugurnya Kapten Muslihat
Tubagus Muslihat adalah seorang pejuang Bogor yang pernah bergabung dengan Pasukan Pembela Tanah Air (PETA). Setelah diploklamirkannya kemerdekaan, ia menjadi seorang Kapten di Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Di akhir tahun 1945, pasukan Inggris yang dipimpin oleh Gurkha Rifles mencoba merebut Kota Bogor kembali. Namun Kapten Muslihat dan para pejuang lainnya berusaha untuk memukul mundur tentara Inggris tersebut.
Bentrok pun terjadi di sekitar daerah yang kini disebut Alun-Alun Kota Bogor dan Jembatan Merah. Tentara Inggris berhasil dipukul mundur, namun dua peluru musuh berhasil mengenai perut Kapten Muslihat. Adik sang kapten segera menggendong kakaknya keluar dari medan pertempuran dan membawanya kepada seorang dokter yang juga kerabat Kapten Muslihat bernama Dr. Marzuki Mahdi. Namun, nyawa Kapten Muslihat tidak bisa diselamatkan. Kapten Muslihat gugur sebagai pahlawan. Sebagai bentuk penghormatan, Pemerintah Kota Bogor mengabadikan nama Kapten Muslihat sebagai nama jalan. Pada tahun 2022, Pemkot Bogor juga mendirikan Patung Kapten Muslihat di simpang Jl. Kapten Muslihat.
Koleksi Oleh
Muhammad Arif
Tahun
2023
MEDIA
Cat Minyak di Kanvas
Dimensi
150 x 190 cm
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
Bank BJB
Share Artikel :
Lukisan oleh Muhammad Arif
Periode Revolusi & Orde Lama
Peletakan Batu Pertama IPB oleh Presiden Soekarno
Pasca kemerdekaan, Presiden Soekarno memberikan perhatian utama pada ketahanan pangan sebab pada saat itu banyak permasalahan pada harga bahan baku dan ketersediaan pangan jangka panjang. Dengan begitu Presiden Soekarno menilai adanya urgensi yang besar dalam pembangunan fakultas pertanian untuk menangani persoalan ini.
Presiden Soekarno juga meletakan batu pertama universitas pertanian pertama di Indonesia pada tanggal 1 September 1963 di Kota Bogor, yang kini dikenal dengan nama Institut Pertanian Bogor. Ia menegaskan dalam pidato peresmiannya bahwa hidup-mati bangsa ini berada di tangan para pemuda-pemudi, sebab merekalah yang nanti akan memberikan solusi-solusi jangka panjang untuk ketahanan pangan bangsa ini.
Koleksi Oleh
IPB Archive
Tahun
2023
MEDIA
Kanvas
Dimensi
150 x 190 cm
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
CV Abror
Share Artikel :
Periode Revolusi & Orde Lama
Peletakan Batu Pertama IPB oleh Presiden Soekarno
Pasca kemerdekaan, Presiden Soekarno memberikan perhatian utama pada ketahanan pangan sebab pada saat itu banyak permasalahan pada harga bahan baku dan ketersediaan pangan jangka panjang. Dengan begitu Presiden Soekarno menilai adanya urgensi yang besar dalam pembangunan fakultas pertanian untuk menangani persoalan ini.
Presiden Soekarno juga meletakan batu pertama universitas pertanian pertama di Indonesia pada tanggal 1 September 1963 di Kota Bogor, yang kini dikenal dengan nama Institut Pertanian Bogor. Ia menegaskan dalam pidato peresmiannya bahwa hidup-mati bangsa ini berada di tangan para pemuda-pemudi, sebab merekalah yang nanti akan memberikan solusi-solusi jangka panjang untuk ketahanan pangan bangsa ini.
Koleksi Oleh
IPB Archive
Tahun
2023
MEDIA
Kanvas
Dimensi
150 x 190 cm
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
CV Abror
Share Artikel :
Arsip oleh IPB Archive
Periode Revolusi & Orde Lama
Kota Bogor Sebagai Batu Loncatan Sejarah
Perang dunia telah selesai, namun percikannya belum sepenuhnya padam. Masa-masa awal kemerdekaan Indonesia diwarnai dengan mencuatnya perang dingin antara Amerika dan Rusia yang membuat dunia terbelah menjadi dua kubu, yakni blok barat dan blok timur. Namun, negara-negara di benua Asia dan Afrika seakan terkesampingkan atas kondisi politik global ini. Kelima negara delegasi konferensi Kolombo yang diadakan di Sri Lanka memutuskan untuk mengadakan konferensi lanjutan yang membahas gagasan kerjasama antar negara dunia ketiga. Konferensi lanjutan ini dinamai Konferensi Bogor dan diadakan di Istana Bogor pada tanggal 24-29 Desember 1954.
Hasil dari Konferensi Bogor ialah kelima negara bersepakat untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika yang akan dilaksanakan di Bandung pada bulan April 1955. Konferensi ini merupakan bukti peran Indonesia dalam upaya menciptakan perdamaian dunia.
Koleksi Oleh
Arsip Nasional Republik Indonesia
Tahun
2023
MEDIA
Kanvas
Dimensi
150 x 190 cm
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
CV Abror
Share Artikel :
Periode Revolusi & Orde Lama
Kota Bogor Sebagai Batu Loncatan Sejarah
Perang dunia telah selesai, namun percikannya belum sepenuhnya padam. Masa-masa awal kemerdekaan Indonesia diwarnai dengan mencuatnya perang dingin antara Amerika dan Rusia yang membuat dunia terbelah menjadi dua kubu, yakni blok barat dan blok timur. Namun, negara-negara di benua Asia dan Afrika seakan terkesampingkan atas kondisi politik global ini. Kelima negara delegasi konferensi Kolombo yang diadakan di Sri Lanka memutuskan untuk mengadakan konferensi lanjutan yang membahas gagasan kerjasama antar negara dunia ketiga. Konferensi lanjutan ini dinamai Konferensi Bogor dan diadakan di Istana Bogor pada tanggal 24-29 Desember 1954.
Hasil dari Konferensi Bogor ialah kelima negara bersepakat untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika yang akan dilaksanakan di Bandung pada bulan April 1955. Konferensi ini merupakan bukti peran Indonesia dalam upaya menciptakan perdamaian dunia.
Koleksi Oleh
Arsip Nasional Republik Indonesia
Tahun
2023
MEDIA
Kanvas
Dimensi
150 x 190 cm
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
CV Abror
Share Artikel :
Arsip oleh Arsip Nasional Republik Indonesia
Periode Revolusi & Orde Lama
Naskah Presiden Soekarno Untuk Konferensi Bogor
Berpuluh-puluh tahun, berabad-abad, bangsa bangsa Asia ditundukkan oleh sedjarah-sedjarahnya bangsa-bangsa asing. Sekarang Bangsa-Bangsa Asia telah bangkit, —bangkit kepada keperibadiannya sendiri-sendiri. Segenap djiwaku memohon kepada Tuhan, moga-moga sedjarah Bangsa-Bangsa Asia, tiada perketjualian, dapat menulis setjara bebas sedjarahnya sendiri: berganti sifat, —dari objek mendjadi subjek jang hidup.
Dan, —dapat mempengaruhi sedjarah dunia, kearah perdamaian, dan kesedjahteraan ummat, manusia seluruhnja!
Moga-moga Bogor mendjadi batu-lontjatan sedjarah!
—Soekarno, dalam convair pulang dari Surabaja 28/12’54
Koleksi Oleh
Arsip Nasional Republik Indonesia
Tahun
2023
MEDIA
Kanvas
Dimensi
150 x 190 cm
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
Ibu Syarifah Sofiah
Share Artikel :
Periode Revolusi & Orde Lama
Naskah Presiden Soekarno Untuk Konferensi Bogor
Berpuluh-puluh tahun, berabad-abad, bangsa bangsa Asia ditundukkan oleh sedjarah-sedjarahnya bangsa-bangsa asing. Sekarang Bangsa-Bangsa Asia telah bangkit, —bangkit kepada keperibadiannya sendiri-sendiri. Segenap djiwaku memohon kepada Tuhan, moga-moga sedjarah Bangsa-Bangsa Asia, tiada perketjualian, dapat menulis setjara bebas sedjarahnya sendiri: berganti sifat, —dari objek mendjadi subjek jang hidup.
Dan, —dapat mempengaruhi sedjarah dunia, kearah perdamaian, dan kesedjahteraan ummat, manusia seluruhnja!
Moga-moga Bogor mendjadi batu-lontjatan sedjarah!
—Soekarno, dalam convair pulang dari Surabaja 28/12’54
Koleksi Oleh
Arsip Nasional Republik Indonesia
Tahun
2023
MEDIA
Kanvas
Dimensi
150 x 190 cm
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
Ibu Syarifah Sofiah
Share Artikel :
Arsip oleh Arsip Nasional Republik Indonesia
Periode Revolusi & Orde Lama
Blusukan Soekarno di Pasar Bogor
Bung Karno sangat senang bertemu dengan rakyatnya, dalam keadaan sibuk sekalipun. Rakyat pun begitu mendambakan kehadiran Bung Besar itu di tengah mereka. Pada suatu waktu, Bung Karno yang sedang di Istana Bogor tiba-tiba keluar istana dengan menggunakan baju oblong, sendal jepit, celana panjang dan tanpa kopiah. Bergegaslah Bung Karno ke Pasar Bogor dan bertemu dengan rakyat yang ia rindukan. Karena keramahannya, Bung Karno begitu dicintai rakyatnya.
Salah satu hidangan favorit Bung Karno ialah sate yang ia sering beli di Pasar Bogor. Sambil menunggu satenya dikibas, Bung Karno berbincang hangat dengan orang-orang yang menggerumuninya. Namun kisah blusukan ini tidak pernah berakhir manis, karena setelah tragedi G30SPKI masyarakat Bogor mulai menjauhi Bung Karno karena berita-berita negatif tentangnya.
Koleksi Oleh
Adi Sukardi
Tahun
2023
MEDIA
Cat Minyak & Akrilik di Kanvas
Dimensi
150 x 190 cm
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
Bank BJB
Share Artikel :
Periode Revolusi & Orde Lama
Blusukan Soekarno di Pasar Bogor
Bung Karno sangat senang bertemu dengan rakyatnya, dalam keadaan sibuk sekalipun. Rakyat pun begitu mendambakan kehadiran Bung Besar itu di tengah mereka. Pada suatu waktu, Bung Karno yang sedang di Istana Bogor tiba-tiba keluar istana dengan menggunakan baju oblong, sendal jepit, celana panjang dan tanpa kopiah. Bergegaslah Bung Karno ke Pasar Bogor dan bertemu dengan rakyat yang ia rindukan. Karena keramahannya, Bung Karno begitu dicintai rakyatnya.
Salah satu hidangan favorit Bung Karno ialah sate yang ia sering beli di Pasar Bogor. Sambil menunggu satenya dikibas, Bung Karno berbincang hangat dengan orang-orang yang menggerumuninya. Namun kisah blusukan ini tidak pernah berakhir manis, karena setelah tragedi G30SPKI masyarakat Bogor mulai menjauhi Bung Karno karena berita-berita negatif tentangnya.
Koleksi Oleh
Adi Sukardi
Tahun
2023
MEDIA
Cat Minyak & Akrilik di Kanvas
Dimensi
150 x 190 cm
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
Bank BJB
Share Artikel :
Lukisan oleh Adi Sukardi
Periode Revolusi & Orde Lama
Demonstrasi Sok Hoe Gie
Huru-hara perpolitikan di Indonesia kian memanas pasca tragedi G30SPKI, rakyat seakan kebingungan atas siapa yang harus disalahkan. Para mahasiswa Universitas Indonesia berbondong-bondong ke Kota Bogor untuk unjuk rasa kepada para petinggi negara. Sok Ho Gie ikut serta ke dalam rombongan tersebut sambil menyuarakan kemarahannya kepada Bung Karno karena belum memberikan jawaban tuntas atas kejadian kelam G30SPKI.
Di atas sepedanya, ia memimpin para kawan sejawatnya untuk tidak lengah dalam menyuarakan keprihatinannya terhadap negara. Karena dengan kritiklah para petinggi negara bisa terus dikawal secara langsung oleh rakyat.
Koleksi Oleh
Agus Nur Priadi
Tahun
2023
MEDIA
Cat Minyak di Kanvas
Dimensi
150 x 190 cm
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
Bank BJB
Share Artikel :
Periode Revolusi & Orde Lama
Demonstrasi Sok Hoe Gie
Huru-hara perpolitikan di Indonesia kian memanas pasca tragedi G30SPKI, rakyat seakan kebingungan atas siapa yang harus disalahkan. Para mahasiswa Universitas Indonesia berbondong-bondong ke Kota Bogor untuk unjuk rasa kepada para petinggi negara. Sok Ho Gie ikut serta ke dalam rombongan tersebut sambil menyuarakan kemarahannya kepada Bung Karno karena belum memberikan jawaban tuntas atas kejadian kelam G30SPKI.
Di atas sepedanya, ia memimpin para kawan sejawatnya untuk tidak lengah dalam menyuarakan keprihatinannya terhadap negara. Karena dengan kritiklah para petinggi negara bisa terus dikawal secara langsung oleh rakyat.
Koleksi Oleh
Agus Nur Priadi
Tahun
2023
MEDIA
Cat Minyak di Kanvas
Dimensi
150 x 190 cm
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
Bank BJB
Share Artikel :
Lukisan oleh Agus Nur Priadi
Periode Revolusi & Orde Lama
Pertemuan Sebelas Maret
Gejolak tragedi G30SPKI seperti berada pada titik didihnya. Pada siang yang cerah di 11 Maret 1965 Bung Karno tidur siang di Istana Bogor sebab sedang sakit. Ia tidak pernah menyangka bahwa hari itu akan mengubah masa depan Republik Indonesia selamanya. Sore menjelang, tiga orang jendral datang ke Istana Bogor untuk membahas sesuatu yang sangat genting perihal penanganan pergolakan G30SPKI.
Berjam-jam Bung Karno dan 3 jendral berdiskusi dan berdebat, tapi tidak menemukan titik tengah sama sekali. Terlalu banyak versi terkait bagaimana dan apa yang dihasilkan dari pertemuan 11 Maret ini. Sebagian mempercayai terbitnya Surat Perintah Sebelas Maret (Super Semar) oleh Bung Karno, sebagian yang lain tidak. Yang pasti hanyalah bagaimana pertemuan itu diwarnai dengan ketidaksetujuan, kemarahan, kekecewaan, ketakutan dan kekhawatiran dari dua belah pihak. Serta bagaimana pertemuan misterius di Istana Bogor ini menentukan nasib Republik Indonesia setelahnya.
Koleksi Oleh
Maryadi
Tahun
2023
MEDIA
Cat Minyak & Akrilik di Kanvas
Dimensi
120 x 120 cm
LUKISAN INI DIDUKUNG OLEH
Sumarecon
Share Artikel :
Periode Revolusi & Orde Lama
Pertemuan Sebelas Maret
Gejolak tragedi G30SPKI seperti berada pada titik didihnya. Pada siang yang cerah di 11 Maret 1965 Bung Karno tidur siang di Istana Bogor sebab sedang sakit. Ia tidak pernah menyangka bahwa hari itu akan mengubah masa depan Republik Indonesia selamanya. Sore menjelang, tiga orang jendral datang ke Istana Bogor untuk membahas sesuatu yang sangat genting perihal penanganan pergolakan G30SPKI.
Berjam-jam Bung Karno dan 3 jendral berdiskusi dan berdebat, tapi tidak menemukan titik tengah sama sekali. Terlalu banyak versi terkait bagaimana dan apa yang dihasilkan dari pertemuan 11 Maret ini. Sebagian mempercayai terbitnya Surat Perintah Sebelas Maret (Super Semar) oleh Bung Karno, sebagian yang lain tidak. Yang pasti hanyalah bagaimana pertemuan itu diwarnai dengan ketidaksetujuan, kemarahan, kekecewaan, ketakutan dan kekhawatiran dari dua belah pihak. Serta bagaimana pertemuan misterius di Istana Bogor ini menentukan nasib Republik Indonesia setelahnya.